Lightnews__Hari ini saya membuka
friendster. Salah seorang sahabat mengirimkan sebuah nasehat yang
membuat hati tertegun dan mata ini berkaca-kaca. Ia mengirimkan sebuah
’surat cinta’ dari Rasulullah saw. Isi suratnya sebagai berikut;
Rasulullah SAW pernah
berkata, bahwa setiap masuk pagi, ada dua malaikat mengajukan permohonan
mereka kepada Allah SWT. Malaikat pertama berdoa:”Ya Allah berikanlah
ganti bagi orang yang menginfaqkan hartanya”. Yang kedua berdoa:” Ya
Allah jadikanlah semakin tidak punya orang yang pelit terhadap
hartanya.”
Berbicara mengenai balasan
dari Allah atas sedekah ataupun infaq yang telah kita keluarkan, sungguh
kita butuh keyakinan yang sempurna, bahwa Allah akan mengganti dengan
berlipat-lipat dari arah yang tak pernah kita sangka-sangka sebelumnya.
Bukankah Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya? Berikut ini adalah
sekelumit pengalaman yang mudah-mudahan bermanfaat buat ikhwah sekalian.
Alhamdulillah, saya
sekeluarga sejak beberapa bulan lalu belajar menguatkan keyakinan itu,
bahwa Allah akan memberikan ganti yang lebih baik bagi orang-orang yang
menginfakkan hartanya. Dan dengan pengharapan yang besar kepada Allah
bahwa Dia pasti akan memenuhi janjinya tanpa menunggu waktu yang lama.
Saya dan istri juga mulai belajar merutinkan sedekah baik dikala lapang
dan sempit. Dengan nilai besar ataupun kecil, dengan jalan menghadiahi
orang tua atau saudara. Meski tidak seberapa namun kami belajar untuk
mengasah keikhlasan semata karena Allah. Dan dengan jalan menyisihkan
infaq untuk fii sabilillah. SubhanAllah, keyakinan itu semakin
kuat. Dan janji Allah demikian nampak jelas. Salah satunya adalah pada
aksi solidaritas Palestina untuk warga Ghaza yang lalu.
Saya dan istri memang orang
yang berpenghasilan utama dari gaji yang kami terima setiap akhir bulan.
Beberapa penghasilan dari usaha lain (memang sudah menjadi komitmen)
sementara tidak kami masukkan dalam penghasilan keluarga. Praktis kami
menghidupi diri dengan gaji bulanan tersebut. Maka, kejadian uang habis
sebelum jatuh tanggal menjadi hal yang lumrah dan biasa. Tapi kami tak
berputus asa, bahkan kami makin semangat untuk berinfaq sekaligus
menguatkan keyakinan terhadap janji-janji Allah.
Saat aksi Palestina 27 Januari
lalu, kondisi kantong keluarga memang sedang kurang bersahabat. Baru 3
hari terima gaji, cuma tersisa beberapa rupiah saja. Bukan karena
dibelanjakan konsumtif, karena kebetulan bulan Januari itu saya
mengembangkan usaha yang terpaksa harus mengambil sebagian besar
penghasilan bulanan yang biasanya saya terima. Sebagian sisanya sudah
pasti dibelanjakan untuk mujahidah kecil kami, Safiya Salwa Syahidah,
yang saat ini menginjak usia 10 bulan. Namun, atas dasar cinta dan
empati kepada saudara seiman di Ghaza, kami sekeluarga berangkat ke
Monas dengan semua bekal maal yang masih tersisa. Ada beberapa
lembar uang kertas yang tersumpal dikantong celana. Sayangnya hanya 2
lembar yang signifikan nilainya. Beberapa yang lain hanya cukup untuk
membeli makanan sederhana dan air minum untuk kami saat aksi siang
harinya, termasuk buat Salwa. Itu pun mungkin tidak cukup.
Namun, saya sudah meniatkan
untuk menginfaqkan 1 lembar dari 2 lembar yang cukup berharga itu, (jika
tak layak disebut SANGAT berharga). Istri awalnya sedikit agak ragu,
mengingat penghasilannya yang beberapa hari lagi keluar sudah
ter-pos-pos sedemikian rupa. Sementara untuk melewati satu bulan kedepan
masih sangat panjang. Sehingga sepeser dari uang yang tersisa menjadi
sangat berarti. Sampai saat aksi solidaritas untuk Palestina itu lewat
separuh jalan, istri masih berat hati. Namun bayang wajah duka lara
saudara-saudara di Ghaza membuat menitik air mata ini. Saya coba terus
meyakinkan istri, bahwa Allah pasti akan mengganti dengan yang jauh
lebih banyak. Apalagi mengeluarkan sedekah karena Allah di kala sempit.
Allah pasti tak akan membiarkan begitu saja hamba-Nya yang punya ar-rajaa’ dan al-hub kepada saudaranya seiman.
Aksi itu sudah sampai
dipenghujungnya, kami pun bersiap melangkah pulang seraya menunggu bus
umum yang menuju ke Kota Tangerang. Saya merogoh saku celana dan
seketika terhenyak, ternyata kami belum berinfak. Saya genggam beberapa
lembar uang kertas di tangan. Dan kutatap wajah istri untuk meminta
persetujuannya mengambil satu diantara 2 lembar uang yang sangat
berharga itu, sebagaimana yang dari awal sudah diniatkan. Sementara 1
lembar lagi kami pakai untuk ongkos naik bus. Akhirnya, istripun
mengangguk tanda setuju.
Saya pun bersyukur. Karena
‘pasukan pengumpul’ infaq dari panitia aksi sudah sangat jauh dari
posisi kami, maka sembari meraih Salwa saya mendekati beberapa panitia
petugas medis Aksi yang kebetulan sedang berhenti beberapa puluh meter
di dekat kami. Setelah sejenak kami beri penjelasan bahwa kami terlupa
belum infaq, maka petugas medis bersedia menerima titipan tersebut dari
kami. Salwa yang menggenggam uang itu, dan itu pertama kali baginya
berlatih untuk berinfaq. Dalam hati, ucapan ‘bismillah’ saya kuatkan
saat jemari mungil Salwa melepaskan satu lembar uang berharga itu. Dan
akhirnya kami pulang dengan hati yang tentram, penuh syukur, dan
berserah diri kepada Allah. Semoga sedikit dari rizki yang kami infaqkan
bisa memberi manfaat untuk anak-anak Ghaza yang teraniaya dan tak mampu
membeli susu.
Janji Allah itu tak pernah
meleset dan ingkar. Allah memenuhi janji-Nya dengan cara-caranya
sendiri. Belum genap 24 jam semenjak aksi itu, dari arah yang tak
disangka-sangka, lewat tangan istri, Allah SWT memberikan ganti sejumlah
uang sama persis dengan nilai uang yang kami infaqkan sehari
sebelumnya. Saat istri menyampaikan kabar itu, mata saya berkaca-kaca.
“Subhanallah, Engkau Maha menepati janji ya Allah”. Hati saya
bergemuruh, bukan karena uang yang kami terima itu. Namun karena untuk
yang kesekian kalinya bagi kami, Allah memenuhi janji-Nya secepat kilat.
Tidak sampai disitu, dari uang
itu kami pun sepakat untuk menyedekahkan sebagiannya. Subhanallah, 10
hari kemudian lewat tangan istri kembali, lewat jalan yang tak
disangka-sangka Allah menggantinya 7 kali lipat dari sebagian yang kami
infaqkan. Dengannya kami pun menyedekahkan sebagian lagi dari yang 7
kali lipat itu, dan 2 hari berikutnya Allah yang Maha Kaya menggantinya
10 kali lipat dari yang kami sedekahkan. Padahal biasanya kami hanya
menerima penghasilan dari gaji tetap bulanan saja yang tak ‘mungkin’
bertambah di tengah jalan.
Memang Allah benar-benar
mengganti sedekah hamba-Nya dengan berlipat-lipat keberkahan. Bahkan di
pagi ini, saya mendapatkan kabar gembira lewat telepon dari seorang
ikhwah yang bekerjasama mengelola sebuah usaha baru yang saya jalankan.
Bahwa usaha yang dibuka hari pertama dihari kemarin menunjukkan
optimisme keuntungan yang sangat menjanjikan. Alhamdulillah.
Terima kasih yaa Rabbana,
mudah-mudahan Engkau anugerahkan kepada kami dan saudara-saudara kami
rezeki yang melimpah lagi berkah. Agar kami bisa kembali bersedekah
(dengan lebih banyak) untuk saudara-saudara kami lainnya yang Engkau uji
dengan kekurangan harta dan ketakutan. Ya Allah, sayangi dan kasihilah
saudara-saudara kami di Ghaza dengan kuasa-Mu. Lindungi dan selamatkan
mereka dari orang-orang yang dzalim lagi aniaya.
Ya Allah Dzat yang Maha
Perkasa, kami beriman atas janji-janji-Mu. Dan semakin kuat atas
keyakinan kami, bahwa iman, ukhuwah, dan rezeki di tangan hamba-Mu tak
pernah Engkau sia-siakan. Engkau pasti bersama kami dengan keimanan
kami, dan Engkau pasti menjadi Penolong kami dengan persaudaraan kami.
Tak ada nilai yang kecil di sisi Engkau, ketika sedekah ini dibalut
dengan keikhlasan dan cinta atas nama-Mu.(lightnews)
0 komentar:
Posting Komentar